Sabtu, 26 November 2011

Hijrah Membangun Peradaban

Sebelum Rasulullah saw dan para sahabatnya hijrah dari Makkah ke Madinah. Di Madinah terdapat dua suku yang bernama suku Auz dan Hajraj, dua suku ini saling berperang dan bermusuhan selama ratusan tahun. Dua suku ini tidak pernah akur dan tidak pernah hidup damai dan selalu saja berperang yang tiada hentinya.

Pada musim haji di tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian), enam orang dari Madinah menjumpai Rasulullah saw dan Rasulullah pun menda’wahkan Islam kepada mereke sehingga mereka memeluk Islam. Tahun haji yang berikutnya, orang orang Madinah bertemu Rasulullah saw di Makah dan Rasulullah mengajak mereka untuk masuk Islam sehingga mereka pun masuk Islam dan bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Dengan masuk Islamnya orang orang Madinah maka pertanda da’wah di Madinah akan terbuka dan mulai disebar luaskan sampai ke pelosok. Rasulullah saw mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama sekaligus juru dakwah Islam di Madinah yang waktu itu masih bernama Yastrib.

Islam di Madinah mulai tersebar oleh mereka yang masuk Islam lebih awal. Orang orang Madinah sangat merindukan Rasulullah saw sebagai Nabi akhir zaman dan Nabi yang di janjikan dalam kitab suci mereka. Sementara di Makkah Rasulullah saw mendapatkan gangguan dari kaum kafir, jiwa dan raga Rasulullah selalu mendapat gangguan dan ancaman dari mereka.

Dalam kondisi seperti itu Allah SWT menurunkan wahyunya kepada Rasulullah saw untuk berhijrah ke Madinah karena ummat Islam di Madinah pun sangat merindukkan beliau. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah 218

¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`ƒÉ©9$#ur (#rãy_$yd (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_ötƒ |MyJômu «!$# 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇËÊÑÈ 
   
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tibalah saatnya Rasulullah saw berhijrah bersama para sahabatnya. Rasulullah saw disambut dengan suka cita oleh penduduk Madinah yang mencintai dan merindukkan akan kehadirannya.
Di atas sudah saya sampaikan bahwa di Madinah terdapat dua suku yang saling berperang, yaitu suku Aus dan Hajraj. Dengan kehadiran Rasulullah saw di Madinah maka suku suku yang sering berperang tersebut menjadi damai dan aman. Bahkan Rasulullah saw menyatukan sahabat dari Makkah dan Madinah sehingga masing masing di beri nama Muhajirin dan anshar. Muhajirin adalah orang orang yang berhijrah sedangka Anshar adalah orang orang yang membantu dan menolong.

Islam adalah agama yang membawa kedamaian, artinya siapa saja yang memeluk Islam maka jiwanya akan damai dan tentram. Orang yang ada disekitarnya akan merasakan kedamaian dan ketentraman akan keberadaanya. Islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan dan kerusuhan. Islam bukan sebuah agama yang mengajarkan permusuhan dan kebencian diantara sesama. Walaupun ada diantara ummat manusia yang berbedah akidah dan agama tetap saja Islam menghormatinya selama mereka tidak memusuhi dan tidak memerangi ummat Islam. Dengan orang yang lain agama saja Islam menganjurkan ummat untuk saling menghormati apalagi sesama Islam, satu akidah dan Nabinya Muhammad saw. Lalu kenapa diantara ummat Islam saling membid’ahkan dan bahkan menkafirkan hanya masalah masalah yang sifatnya furu’iyah dan khilafiyah?. Sungguh aneh tapi nyata.

Dengan tulisan singkat ini aku ingatkan kepada saudara saudara ku yang berbeda aliran dan ormas, organisasi dan apapun namanya, hargailah perbedaan diantara kita, bersatulah diatas perbedaan tersebut dan jadikan perbedaan sebagai rahmat dan jangan jadikan perbedaan sebagai permusuhan.

Seandainya ummat ini bersatu padu dan menjalin kebersamaan maka program program yang sudah dicanangkan selama ini dapat kita bangun dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan berhegara dan beragama sehingga akan melahirkan hasil yang maksimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Lihat Rasulullah saw di Madinah, beliau membangun Madinah diawali dengan menyatukan berbagaimacam suku dan kelompok, dengan persatuan dan kebersamaan inilah maka Madinah menjadi negara yang beradab dan negara yang disegani oleh negara negara yang lain.

Di Madinah Rasulullah saw menerapkan nilai nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga dengan demikian Madinah menjadi negara yang maju di berbagaimacam lini kehidupan. Sebagaimana yang di firmankan Allah SWT dalam surat al ahzab ayat 71

`tBur ÆìÏÜム©!$# ¼ã&s!qßuur ôs)sù y$sù #·öqsù $¸JŠÏàtã ÇÐÊÈ  

Artinya: Dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Kalau ingin Indonesia menjadi negara yang disegani oleh negara negara yang lain, menjadi negara yang beradab dan negara yang maju di berbagaimacam lini kehidupan, maka terapkan nilai nilai Al Qur’an dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apabila sebalinya maka bangsa Indonesia akan tetap menjadi bangsa yang terbelakang dan di lecehkan oleh negara negara yang lain.

Dengan momentum tahun baru Hijriah 1433 ini maka saatnya kita terapkan nilai nilai Islam (Al Qur’an dan As Sunnah) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Abdul Hakim Abubakar El Kahir
Ketua Umum Majelis Al Abroriyah







Rabu, 23 November 2011

Bantahan Terhadap JIL



¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä šúïÏ%©!$#ur (#rߊ$yd 3t»|Á¨Z9$#ur šúüÏ«Î7»¢Á9$#ur ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ÿ@ÏJtãur $[sÎ=»|¹ öNßgn=sù öNèdãô_r& yYÏã óOÎgÎn/u Ÿwur ì$öqyz öNÍköŽn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÏËÈ  
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Asbabu Nuzul
Salman Al Farisi menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah meninggal dunia sebelum berjumpa dengan beliau padahal mereka telah mengimani akan kedatangannya. Rasulullah SAW menjawab bahwa mereka semua akan masuk neraka. Mendengar jawaban tersebut Salman sangat terpukul hatinya, ia bersedih hati di buatnya. Tidak lama kemudian datanglah jibril menyampaikan firman Allah sersebut yang menegaskan siapa saja diantara ummat manusia, baik pengikut Muhammad, kaum Yahudi, Nasrani atau Shabi’in asal benar-benar beriman kepada Allah dan beramal shaleh, niscaya masuk surga.

Penjelasan
Ayat ini dijadikan oleh kaum Jaringan Islam Liberal (JIL) sebagai dalil bahwa semua agama itu sama. Orang Islam, orang Yahudi, Nasroni dan shobiin adalah sama. Padahal kalau kita lihat dari kalimat ayat diatas bahwa orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasoro dan Shabiin kalau mereka semua beriman kepada Allah SWT dan hari akhir serta beramal sholeh mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Apa benar orang-orang Yahudi, Nasoro dan Shabiin jaman sekarang beriman kepada Allah dan hari akhir? Saya kira yang beriman kepada Allah dan hari akhir saat ini adalah hanyalah orang Islam. Sementara Yahudi, Nasoro dan Shobiin saat ini adalah mereka tidak lagi beriman kepada Allah akan tetapi mereka sudah mempunyai Tuhan sendiri dan cara hidup masing-masing. Itu artinya bahwa semua agama tidak sama.

Saya juga menanyakan kepada mereka orang-orang JIL, kalau seandainya semua agama sama. Apakah bisa dibenarkan agama yang menyembah patung? Agama yang menyembah salib? Agama yang menyembah matahari? Agama yang menyembah berhala? Dimanakah otak sehat kalian? Tolong renungkan dan pikirkan dengan pikiran orang sehat. Karena pikiran orang sehat bahwa menyembah berhala dan sejenisnya adalah tidak dibenarkan. 

Dapat juga kita lihat dari Asbabun Nuzul diatas bahwa yang diceritakan oleh ayat ini adalah suadara-suadaranya Salman Al Farisi yang dulu mereka beriman kepada Allah dan hari akhir serta mengimani seorang Rasul yang akan datang. Karena orang-orang Yahudi dan Nasoro pada jaman sebelum Muhammad adalah mereka mengimani apa yang dibawa oleh Rasul yang ada pada zamannya.

Dalam tafsir ibnu katsir dikatakan bahwa orang Yahudi adalah mereka mempunyai iman yang berpegang teguh kepada kitab Taurat dan Sunnah Nabi Musa as, maka imannya diterima hingga Nabi Isa as datang.

Kata al yahud diambil dari kata al hawadah yang artinya kasih sayang, atau berasal dari kata at tahawwud yang artinya tobat. Seperti yang dikatakan oleh Musa as dalam firman Allah SWT.
$¯RÎ) !$tRôèd y7øs9Î) 4
Artinya: “Sesungguhnya Kami kembali (bertaubat) kepada Engkau”. (QS. Al A’raf: 156)
Maksud dari kalimat kami bertobat kepada Engkau adalah seakan akan mereka di namakan demikian pada asal mulanya karena tobat dan kasih sayang sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
Menurut pendapat yang lain bahwa nama Yahudi itu di nisbatkan kepada Yahuda, dia adalah anak tertua Nabi Ya’kub as.

Orang Nasroni adalah mereka yang berpegang teguh kepada kitab Injil dan mengikuti syari’at yang di bawa oleh Nabi Isa as, maka dia termasuk orang mu’min lagi diterima imannya hingga datang Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Isa di utus, kaum bani Israil diwajibkan untuk mengikuti dan menta’atinya. Sahabat-sahabat Nabi Isa as dan pemeluk agamanya dinamakan Nasroni karena mereka saling tolong menolong diantara sesama. Mereka disebut juga ansar, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Isa as dalam firman Allah SWT:

ô`tB üÍ$|ÁRr& n<Î) «!$# ( š^$s% šcqƒÍ#uqysø9$# ß`øtwU â$|ÁRr& «!$#    
Artinya: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah”. (QS. Ali Imran: 52)
Menurut pendapat yang lain, mereka dinamakan sebagai nasroni karena bertempat tinggal disuatu daerah yang dikenal dengan nama nasirah. Demikian menurut Qotada dan Ibnu Jarir serta diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas.
Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul kepada semua anak adam, maka secara mutlak mereka wajib percaya kepada apa yang disampaikannya, mentaati perintahnya, mencegah dari amal yang dilarangnya. Kalau hal demikian yang dilakukan, maka mereka adalah orang-orang yang beriman dengan kesungguhan.

Buat ummat saat ini, selayaknya beriman kepada Allah dan hari akhir dengan sebenar benar serta mengamalkan semua perintah Allah SWT, maka dengan demikian kita termasuk yang akan menikmati kenikmatan surga Allah SWT. Akan tetapi seandainya kita mengingkari Allah dan hari akhir serta mengamalkan yang dilarang oleh Allah SWT maka bersiap siaplah tersiksa dengan sikanya neraka Allah SWT. Semoga terhinda darinya.

Abdul Hakim El Kahir